Senin, 28 November 2011

LAPORAN FISIOLOGI OTOT DAN SYARAF



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.        DASAR TEORI
1.    impuls saraf dan kontraksi otot
impuls saraf merambat dari dendrit sampai ujung akson. Setiap yang kekuatannya mencapai harga ambang yang menimbulkan potensial aksi yang akan merambat sepanjang akson dan ini disebut impuls saraf. Pada ujung akson, pada motor-end-plate, impuls saraf ini menyebabkan sekresi asetilkolin yang ditangkap oleh reseptor, yang terletak pada serabut otot. Reaksi asetilkon-reseptor ini menimbulkan potensial aksi pada serabut otot yang akan menjalar berupa impuls otot melalui tubulus T yang nantinya akan sampai pada sisterne reticulum sarkoplasma, dan menstimulasi pengeluaran Ca++. Peningkatan kadar ion Ca++ bebas intra sel yang berasal dari reticulum sarkoplasma ini diperlukan untuk berlangsungnya kontraksi otot rangka, demikian pula energy dari ATP yang dihidrolisa oleh ATP-ase. Setelah kontraksi selesai ion kalsium harus dipompa kembali kedalam sisterne secara aaktif yang juga memerlukan energi dari ATP.
2.    Mekanisme kerja alat perangsang
a)    pinset galvanis
kaki-kaki pinset galvanis terdiri dari tembaga (Cu) dan seng (Zn). Menurur deret volt antara keduanya terdapat perbedaan potensial, yang apabila dihubungkan melalui sesuatu larutan elektrolit akan terjadi arus listrik. Cu merupakan kutub positif dan Zn kutub negative.







1.2.TUJUAN
            Praktikum ini bertujuan untuk melatih mahasiswa agar terampil dan mahir  untuk :
1.    mematikan katak untuk diambil bagian tubuhnya.
2.    Membuat sendiaan otot saraf.
3.    Mengenal berbagai macam rangsang dan sifatnya terhadap sediaan otot saraf.
4.    Menentukan masa laten, masa kontraksi, dan masa relaksasi suatu kontraksi sederhana pada otot skelet.

1.2.        BAHAN DAN ALAT
1.    Katak air (fejervarya cancrivora)
2.    sonde
3.    papan katak
4.    jarum pentul
5.    alat diseksi
6.    gunting
7.    larutan garam faali : NaCL 0.65%
8.    gelas arloji
9.    pinset galvanis
10. Stimulator elektronik
11. Kristal garam dapur atau gliserin
12. Cuka glacial
13. Gelas pengaduk
14. Korek api.




BAB 2
2.1.        METODE KERJA
1.    mematikan katak untuk keperluan percobaan
tujuan : memperlakukan hewan percobaan dengan menimbulkan sakit seminimal mungkin agar katak tidak merasakan sakit, otaknya dirusak dan agr tidak meronta selama perlakuan, sumsum punggungnya dirusak.
a)    Pegang katak dengan memegang kepala katak dengan dengan menempatkan kepala katak tersebut antara telunjuk dan jari tengah, fiksir katak dengan ketiga jari lainnya. Lalu bengkokkan kepalanya.
b)    Tusuk otak katak dengan sonde yang tajam pada foramen oksipitalenya ( pada sudut medial antara garis tulang kepala dengan garis tulang punggung)
c)    Dorong sonde kira-kira sedalam 0.5 cm dan putar kekiri dan ke kanan kemudian ke atas dan ke bawah, maju mundur untuk merusak bagian otak katak.
d)    Lihat mata hewan percobaan, bila setengah menutup dan tidaka ada reaksi lagi terhadap sentuhan, perusakan dihentikan.
e)    Sekarang masukan sonde ke sumsum tulang belakang melalui bekas tusuka tadi untuk merusak sumsum punggung. Pastikan bahwa sonde masuk kedalam rongga sumsum punggung, dan tusukan sonde ejauh mungkin sehingga seluruh sumsum punggung sudah rusak. Perhatikan kaki katak  yang meronta-ronta sewaktu sonde ditusukan sebagai tanda medula spinalis tertusuk.
f)     Lepaskan sonde, kaki-kaki katak menjadi lemas. Jika katak masih bergerak-gerak berarti perusakan smusum tulang punggung belum sempurna. Jika pengrusakan sudah sempurna baru lakukan prosedur berikut nya. Gunakan katak ini untuk membuat sediaan katak saraf


.
2.    Membuat sedian otot saraf (atau disebut juga preprat saraf otot)
a)    Letakan katak yang telah dimatikan tadi di atas papan katak dalam posisi telungkup, dan fiksir dengan mengunakan jarum pentul.
b)    Dengan menggunakan scalpel, sayat fasica antara m. Biceps femoris dengan m.semimembranosus. kuakan kedua otot tersebut sampai n.ishiadicus dan a. Femoralis nampak jelas terlihat.
c)    Telusuri n.ishiadicus ke bagian atas sambil mengunting otot-otot di sebelah atasnya.
d)    Telusuri terus saraf ini sampai ke daerah punggung kemudian potong tulang di lateral perut dengan gunting.
e)    Buka kulit dan otot perut kemudian singkirkan jeroan.
f)     Sambil tetap mengikuti dan mengamati n. Ishiadicus potonglah pinggul supaya lebih mudah mengisolasi n. Ishiadicus sampai dibagian paha.
g)    Ikatlah n. Ishidicus dengan benang pada bagian ujung di tempat keluarnya dari sumsum punggung. Untuk isolasi selanjutnya peganglah benang.jangan memegang sarafnya karena ini bisa merusak saraf tersebut.
h)    Potonglah n. Ishiadicus di bagian atas ikatan benang dan bersihkan saraf tersebur dari otot.
i)     Kupas kulit kaki dan paha dengan cara menarik dari atas kebawah.
j)     Potonglan tendo Achilles untuk mengislasi m. Gastrocnemius, kemudian potong sekitar ¼ bagian os femur biceps.
k)     Menemukan otot-otot saraf yang terdiri atas ¼ bagian os femur, n. Ishiadicus, dan ¼ bagian biceps.





2.2. HASIL
Macam rangsang
Kontraksi
waktu
besar
Mekanis
Cepat, 5 detik
++
Galvanis
Sangat Cepat, 2 detik
+++
Osmosis
Lambat, 1 menit
+
Suhu
Tidak bereaksi
-
Kimia
Lambat, 1 menit
+
Faradis
Sangat Cepat, 2 detik
+++
Keterangan :
+          : rangsangannya lambat dan besarannya sedikit
++        : rangsangannya cepat dan besarannya banyak
+++     : rangsangannya sangat cepat dan besarannya sangat banyak













2.3.        PEMBAHASAN
Pada katak yang tidak dirusak bagian saraf tepinya, ternyata otot katak masih dapat berkontraksi.
a.    rangsangan mekanis yang diberikan dengan cara menjepit pangkal n.ishiadicus dengan pinset, sifat kontraksi otot nya kuat (++).
b.    rangsangan osmotis dan rangsangan kimiawi, sifat kontraksi ototnya lemah (+). Rangsangan osmotis adalah rangsangan yang diberikan  dengan cara menempelkan garam dapur pada pangkal saraf.  rangsangan kimiawi yang diberikan dengan cara menempelkan pangkal saraf pusat dengan kapas yang telah diberikan asam cuka.
c.    rangsangan panas yang diberikan dengan cara menempelkan gelas pengaduk yang telah di panaskan pada pangkal saraf, kontraksi otot yang diberikan tidak ada.
d.    ransangan galvanis yang diberikan dengan cara menempelkan pinset galvanis pada saraf kontraksi yang diberikan sangat kuat(+++).
e.    rangsangan faradis yang diberikan dengan rangsangan tunggal dengan elektroda dari  suatu induktorium atau stimulator kontraksi yang diberikan sanagat kuat kuat(+++), hal tersebut terjadi karena impulsyang diberikan sangat kuat.


 

1.3.        Kesimpulan
Untuk mengontrol dan mengatur kerja system, organ tubuh memiliki suatu system yang dikenal sebagai system koordinasi atau system syaraf.
Pada umumnya system syaraf mengatur aktivitas alat-alat tubuh yang mengalami perubahan cepat seperti pergerakan pada otot. system syaraf akan menimbulkan tanggapan terhadap rangsangan yang diterima.
Dimana gerakan refleks terjadi tanpa disadari terhadap stimulus.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar