Kamis, 05 April 2012


Hari/Tanggal               : Kamis/22 Maret  2012
                                             Jam                          : 08.00-11.20
                     Praktikum               :  7

TUGAS
ILMU TILIK DAN TEKNIK PENGENDALIAN HEWAN
(OBAT BIUS)


Disusun Oleh
Neny Agustianingsih  J3P211016


Dosen Pembimbing :
1.     Dr. drh. Agus Wijaya
2.     Dr. drh. Gunanti, Ms.
3.     drh. Chusnul choliq, MM., Ms.
4.     drh. Henny E. Anggraeni, Msc.
5.     drh. Heryudianto Vibowo



PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011/2012

I.                PENDAHULUAN


Obat bius adalah sejenis obat yang digunakan dalam proses pembedahan atau prosedur lain yang dilakukan oleh dokter. Kegunaan obat bius atau manfaat obat bius adalah untuk menghilangkan rasa nyeri sehingga mengurangi rasa sakit saat pasien sedang menjalani pembedahan. Dari penjelasan tentang pengertian obat bius diatas kemudian didapat satu istilah yaitu Anestesi. Anestesi secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846. Anestesi terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan anestesi keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar. Obat-obatan anestetik yang diberikan pada hewan akan membuat hewan tersebut tidak peka terhadap rasa sakit sehingga hewan menjadi lebih tenang, dengan demikian pembedahan dapat dilaksanakan lebih aman dan lancar. Pada hewan kecil biasanya menggunakan obat-obat anestetik umum, misalnya: ketamin, xylazin, derivat barbiturat, dan sebagainya.
Salah satu anestesi umum yang sering digunakan pada anjing yaitu kombinasi Xylazin-Ketamin Hidroklorida. Xylazin Hidroklorida merupakan analgesik dan sedatife yang mempunyai efek relaksasi otot yang baik. Sedangkan Ketamin Hidroklorida sering disebut sebagai dissiosiative anaesthetic dengan efek menimbulkan kekakuan otot yang tinggi pada waktu pemulihannya, maka dalam penggunaannya biasanya dikombinasikan dengan Xylazin yang memiliki perelaksasi otot sehingga dapat mengurangi kekakuan otot yang dihasilkan agen dissiosiatif (Booth dkk., 1997; Hall dan Clarke, 1983). Selain Xylazin-Ketamin Hidroklorida tersedia pula kombinasi anestesi lain yang dapat digunakan pada anjing yaitu Tiletamin Hidroklorida dengan Zolazepam.



II.              PEMBAHASAN

1.                ANESTESI

           
Dalam melakukan anestesi harus diperhatikan beberapa faktor antara lain: kondisi hewan, lokasi pembedahan, lama pembedahan, ukuran tubuh/jenis hewan, kepekaan hewan terhadap obat anestetik dan penyakit-penyakit yang diderita hewan. Sebelum anestesi sangat perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan hewan, karena kadang-kadang anestesi umum mempunyai resiko yang jauh lebih besar dibandingkan pembedahan yang dijalankan.  Ada beberapa tipe anestesi antara lain sebagai berikut:
·       Pembiusan total adalah hilangnya kesadaran total
·       Pembiusan lokal adalah hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh).
·       Pembiusan regional adalah hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya
Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah satu jenis anestesi yang hanya melumpuhkan sebagian tubuh tanpa menyebabkan kehilangan kesadaran. Obat bius jenis ini bila digunakan dalam operasi pembedahan, maka setelah selesai operasi tidak membuat lama waktu penyembuhan operasi. Pemilihan teknik anestesi adalah suatu hal yang kompleks, memerlukan kesepakatan dan pengetahuan yang dalam baik antara pasien dan faktor-faktor pembedahan. Dalam beberapa kelompok populasi pasien, pembiusan regional ternyata lebih baik daripada pembiusan total.





2.               PENGGUNAAN DAN JENIS OBAT-OBATAN DALAM ANASTESI


2.1   Xylazine
Dalam anestesi hewan, xylazine sering digunakan dalam kombinasi dengan ketamin. Xylazine adalah analoque clonidine. Obat ini bekerja pada reseptor presynaptic dan postsynaptic dari sistem saraf pusat dan perifer sebagai agonis sebuah adrenergik. Obat ini banyak digunakan dalam subtansi kedokteran hewan dan sering digunakan sebagai obat penenang (sedatif), nyeri (analgesik) dan relaksasi otot rangka (relaksan otot). tetapi memiliki efek farmakologis banyak lainnya. Sebagian besar terdiri dari efek bradikardia dan hipotensi. Xylazine menghambat efek stimulasi saraf postganglionik.
Xylazine digunakan dalam kedokteran hewan sebagai hidroklorida xylazine (Formula C12H16N2SHCl, massa molar 256,80 g/mol-1). Solusi hidroklorida xylazine tidak berbau dan hampir hambar, dan memiliki pH 5,5.
Xylazine dapat diberikan secara intravena, intramuskular, subkutan. Xylazine mengandung 23,32 mg / ml hidroklorida xylazine dalam larutan air injeksi berbasis. Xylazine dapat diperoleh juga sebagai bubuk kristal murni. Dosis intramuskular hingga 0,3 mg / kg untuk ternak telah. Untuk menginduksi muntah pada kucing, xylazine adalah dosis pada 0,2 sampai 0,5 mg per pon (0,44-1 mg / kg) intramuskular. Untuk anjing dosis bahkan bisa lebih tinggi. Xylazine tersedia dalam 20 mg / ml dalam konsentrasi 20 botol ml dan 100 mg / ml pada konsentrasi 50ml botol.

Sebagai efek samping dari xylazine adalah mengalami penurunan setelah kenaikan awal pada tekanan darah dalam perjalanan efeknya vasodilatasi tekanan darah dan juga dapat menyebabkan bradikardi. Pengaruh xylazine dapat dibatalkan dengan menggunakan antagonis reseptor adrenergik seperti atipamezole, yohimbine dan tolazoline.
v Pada sapi, ada kenaikan suhu tubuh (hipertermia) sementara itu berkurang pada hewan lain karena gangguan termoregulasi. Pada ruminansia, xylazine dapat
menyebabkan air liur berat, meningkatkan risiko pneumonia
 aspirasi(pernafasan), tetapi dapat dihapus oleh atropin. Untuk spesies lain, xylazine, menghambat aliran air liur.

v Pada anjing dan kucing khususnya xylazine juga merangsang pusat muntah, sehingga obat tersebut digunakan sebagai emetik. Peningkatan buang air kecil kadang-kadang terjadi pada kucing. Anjing cenderung menelan udara berlebih.

Tindakan pencegahan dan Efek Samping :

v Xylazine tidak boleh digunakan pada hewan dengan hipersensitivitas atau alergi terhadap obat tersebut.
v Xylazine tidak dianjurkan pada hewan yang menerima epinefrin,penyakit jantung,darah rendah,penyakit ginjal dengan atau jika hewan ini sangat lemah.

2.2   Ketamine
Ketamine adalah obat yang dipakai pada obat manusia dan hewan terutama untuk induksi dan pemeliharaan anestesi umum. Biasanya digunaka  kombinasi dengan beberapa obat sedatif(penenang). ketamin diklasifikasikan sebagai antagonis reseptor pada tingkat dosis anestesi penuh. Ketamine adalah obat inti dalam "Daftar Obat Esensial" Organisasi Kesehatan Dunia, sebuah daftar kebutuhan medis minimum untuk sistem kesehatan dasar. Penggunaan ketamine satu botol 10ml Ketamine 1000mg dan indikasi untuk digunakan sebagai obat bius.
Dalam anestesi hewan, ketamine sering digunakan untuk efek anestesi dan analgesik pada kucing, anjing, kelinci, tikus, dan hewan kecil lainnya. Dokter hewan sering menggunakan ketamin dengan obat penenang untuk menghasilkan anestesi
seimbang dan analgesia, dan sebagai infus tingkat konstan untuk membantu mencegah rasa sakit. Ketamine digunakan untuk mengatasi rasa sakit di antara hewan besar.
Ketamin dapat digunakan dalam dosis kecil (0,1-0,5 mg/kg) sebagai anestetik lokal. Ketamin dosis rendah telah terbukti secara signifikan mengurangi konsumsi morfin serta laporan mual setelah operasi perut.

Efek dari pemberian ketamine :
v  efek fisik dan mental tinggi terjadi di otak.
v Ketamine membuat pengguna merasa memisahkan diri dari tubuh mereka dan dapat menyebabkan halusinasi(pada dosis tinggi)
v Mati rasa pada bagian kaki (pada dosis rendah)
v Pengguna dapat merasa mengantuk atau lesu, atau bingung dan kikuk.
v Pengguna menjadi muntah.
v Ketamine mempengaruhi sistem saraf pusat, dan dapat mengurangi jumlah oksigen yang sampai ke otak dan organ vital lainnya.
v sebagai anestesi dan afek akan terasa dalam 10 - 20 menit.

2.3   Atropin
Atropin adalah sebuah anticholinergicand antispasmodic alkaloid digunakan sebagai garam sulfat untuk mengendurkan otot halus dan meningkatkan dan mengatur denyut jantung dengan memblokir saraf simpatik, dan untuk bertindak sebagai antisialagogue preanesthetic, sebuah penawar untuk racun dan sebagai antisecretory, mydriatic, dan cycloplegic, juga memiliki kelemahan menyebabkan dilatasi pupil berkepanjangan. Atropine merupakan senyawa anti muskarinik yang bekerja sebagai antagonis kompetitif asetilkoline pada reseptor muskarinik. Atropine sulfate juga merupakan parasimpatolitik yang menghambat pelepasan asetil kolin di ganglion parasimpetik sehingga menghambat respon stimulasi parasimpatik. Atrophine merupakan alkolid yang penting dan digunakan dalam anasthesi sebagai sulfat yang larut air.  Fungsi atrophine adalah meniadakan efek saliva (air liur) dan sekresi eksokrin, mengurangi atau menghambat urinasi, menekan aksi fagus dan mendilastasi pupil selama anasthesi. Atropine diberikan secara subcutan (dibawah kulit) atau intra muskuler selama 30-40 menit sebelum anasthesi.  
Efek atropin digunakan dalam diagnosis pada hewan (anjing):
v perlakuan awal dengan atropin mengurangi jumlah serangan yg berhubungan dengqn katalepsia dengan paparan makanan.
v digunakan sebagai relaksan otot polos tetapi kurang efektif terhadap keracunan dengan insektisida organofosfat dari atropin, disebut juga methylatropine.
v Dapat menimbulkan keracunan pada penggunanaan atropin dengan jumlah sangat banyak.
v Kesulitan menelan dan Sekresi berkurang.
v Dapat melebarkan pupil pada mata.

Secara umum, atropin menurunkan aktivitas parasimpatis dari semua otot-otot dan kelenjar diatur oleh sistem saraf parasimpatis. Hal ini terjadi karena atropin merupakan antagonis kompetitif dari reseptor asetilkolin muscarinic (asetilkolin sebagai neurotransmitter utama yang digunakan oleh sistem saraf parasimpatis). Oleh karena itu, dapat menyebabkan kesulitan menelan dan sekresi berkurang. Efek puncak atropin adalah mampu melintasi penghalang darah ke otak. Karena sifat halusinogen, beberapa telah menggunakan obat recreationally, meskipun ini berpotensi berbahaya dan sering tidak menyenangkan.
Atropin mamapu melumpuhkan pada dosis 10 sampai 20 mg dan diperkirakan 453 mg dengan kemiringan probit sebesar 1,8.  Penangkal atropin adalah physostigmine atau pilocarpine. Tingkat signifikan yang dicapai dalam waktu 30 menit sampai 1 jam dan menghilang dengan cepat dari darah dengan waktu setengah jam. Sekitar 60% diekskresikan tidak berubah dalam urin, sebagian besar sisanya muncul dalam urin sebagai hidrolisis dan produk konjugasi. Efek pada otot ciliary iris dan dapat bertahan selama lebih dari 72 jam.


2.4  Propofol ( 2,6 – diisopropylphenol )
Digunakan secara intravena dan bersifat lipofilik dimana 98% terikat protein plasma, eliminasi dari obat ini terjadi di hepar menjadi suatu metabolit tidak aktif, waktu paruh propofol diperkirakan berkisar antara 2 – 24 jam. Namun dalam kenyataanya di klinis jauh lebih pendek karena propofol didistribusikan secara cepat ke jaringan tepi. Dosis induksi cepat menyebabkan sedasi ( rata – rata 30 – 45 detik ) dan kecepatan untuk pulih juga relatif singkat. Satu ampul 20ml mengandung propofol 10mg/ml. Popofol bersifat hipnotik murni tanpa disertai efek analgetik ataupun relaksasi otot.
v Dosis dan penggunaan
a) Induksi : 2,0 sampai 2.5 mg/kg IV.
b) Sedasi : 25 to 75 µg/kg/min dengan I.V infuse
c) Dosis pemeliharaan pada anastesi umum : 100 – 150 µg/kg/min IV (titrate to effect)
d) Turunkan dosis pada orang tua atau gangguan hemodinamik atau apabila digabung     penggunaanya dengan obat anastesi yang lain.
e) Dapat dilarutkan dengan Dextrosa 5 % untuk mendapatkan konsentrasi yang minimal 0,2%
f) Profofol mendukung perkembangan bakteri, sehingga harus berada dalam lingkungan yang steril dan hindari profofol dalam kondisi sudah terbuka lebih dari 6 jam untuk mencegah kontaminasi dari bakteri.
v Efek Samping
Dapat menyebabkan nyeri selama pemberian pada 50% sampai 75%. Nyeri ini bisa muncul akibat iritasi pembuluh darah vena, nyeri pada pemberian propofol dapat dihilangkan dengan menggunakan lidocain (0,5 mg/kg) dan jika mungkin dapat diberikan 1 sampai 2 menit dengan pemasangan torniquet pada bagian proksimal tempat suntikan, berikan secara I.V melaui vena yang besar. Gejala mual dan muntah juga sering sekali ditemui pada pasien setelah operasi menggunakan propofol. Propofol merupakan emulsi lemak sehingga pemberiannya harus hati – hati pada pasien dengan gangguan metabolisme lemak seperti hiperlipidemia dan pankreatitis.


2.5  Tiopenton
Dalam waktu 1 menit tiopenton sudah mencapai puncak konsentrasi dan setelah 5 – 10 menit konsentrasi mulai menurun di otak dan kesadaran kembali seperti semula. Dosis yang banyak atau dengan menggunakan infus akan menghasilkan efek sedasi dan hilangnya kesadaran. Walaupun terdapat beberapa barbiturat dengan masa kerja ultra singkat , tiopental merupakan obat terlazim yang dipergunakan untuk induksi anasthesi dan banyak dipergunakan untuk induksi anestesi.
v Mekanisme kerja
Barbiturat terutama bekerja pada reseptor GABA dimana barbiturat akan menyebabkan hambatan pada reseptor GABA pada sistem saraf pusat, barbiturat menekan sistem aktivasi retikuler, suatu jaringan polisinap komplek dari saraf dan pusat regulasi, yang beberapa terletak dibatang otak yang mampu mengontrol beberapa fungsi vital termasuk kesadaran. Pada konsentrasi klinis, barbiturat secara khusus lebih berpengaruh pada sinap saraf dari pada akson. Barbiturat menekan transmisi neurotransmitter inhibitor seperti asam gamma aminobutirik (GABA). Mekanisme spesifik diantaranya dengan pelepasan transmitter (presinap) dan interaksi selektif dengan reseptor (postsinap)..
v Dosis
osis yang biasanya diberikan berkisar antara 3-5 mg/kg. Untuk menghindarkan efek negatif dari tiopental tadi sering diberikan dosis kecil dulu 50-75 mg sambil menunggu reaksi pasien.
v Efek samping
Efek samping yang dapat ditimbulkan seperti alergi, sehingga jangan memberikan obat ini kepada pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap barbiturat, sebab hal ini dapat menyebabkan terjadinya reaksi anafilaksis yang jarang terjadi, barbiturat juga kontraindikasi pada pasien dengan porfiria akut, karena barbiturat akan menginduksi enzim d-aminoleuvulinic acid sintetase, dan dapat memicu terjadinya serangan akut. Iritasi vena dan kerusakan jaringan akan menyebakan nyeri pada saat pemberian melalui I.V, hal ini dapat diatasi dengan pemberian heparin dan dilakukan blok regional simpatis.

2.6  Ketamin
Ketamine (Ketalar or Ketaject) merupakan arylcyclohexylamine yang memiliki struktur mirip dengan phencyclidine. Ketamin pertama kali disintesis tahun 1962, dimana awalnya obat ini disintesis untuk menggantikan obat anestetik yang lama (phencyclidine) yang lebih sering menyebabkan halusinasi dan kejang. Obat ini pertama kali diberikan pada tentara amerika selama perang Vietnam. Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil sikloheksilamin, merupakan “rapid acting non barbiturate general anesthesia”. Ketalar sebagai nama dagang yang pertama kali diperkenalkan oleh Domino dan Carson tahun 1965 yang digunakan sebagai anestesi umum. Ketamin kurang digemari untuk induksi anastesia, karena sering menimbulkan takikardi, hipertensi , hipersalivasi , nyeri kepala, pasca anasthesi dapat menimbulkan muntah – muntah , pandangan kabur dan mimpi buruk.Ketamin juga sering menebabkan terjadinya disorientasi, ilusi sensoris dan persepsi dan mimpi gembira yang mengikuti anesthesia, dan sering disebut dengan emergence phenomena.
v Mekanisme kerja
Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa blok terhadap reseptor opiat dalam otak dan medulla spinalis yang memberikan efek analgesik, sedangkan interaksi terhadap reseptor metilaspartat dapat menyebakan anastesi umum dan juga efek analgesik.
v Efek farmakologis
Efek pada susunan saraf pusat
Apabila diberikan intravena maka dalam waktu 30 detik pasien akan mengalami perubahan tingkat kesadaran yang disertai tanda khas pada mata berupa kelopak mata terbuka spontan dan nistagmus. Selain itu kadang-kadang dijumpai gerakan yang tidak disadari, seperti gerakan mengunyah, menelan, tremor dan kejang. Apabila diberikan secara intramuskular, efeknya akan tampak dalam 5-8 menit, sering mengakibatkan mimpi buruk dan halusinasi pada periode pemulihan sehingga pasien mengalami agitasi. Aliran darah ke otak meningkat, menimbulkan peningkatan tekanan darah intrakranial.
Efek pada mata
Menimbulkan lakrimasi, nistagmus dan kelopak mata terbuka spontan, terjadi peningkatan tekanan intraokuler akibat peningkatan aliran darah pada pleksus koroidalis.
Efek pada sistem respirasi
Pada dosis biasa, tidak mempunyai pengaruh terhadap sistem respirasi. dapat menimbulkan dilatasi bronkus karena sifat simpatomimetiknya, sehingga merupakan obat pilihan pada pasien ashma.
v Dosis dan pemberian
Ketamin merupakan obat yang dapat diberikan secara intramuskular apabila akses pembuluh darah sulit didapat contohnya pada anak – anak. Ketamin bersifat larut air sehingga dapat diberikan secara I.V atau I.M. dosis induksi adalah 1 – 2 mg/KgBB secara I.V atau 5 – 10 mg/Kgbb I.M , untuk dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB dan harus dititrasi untuk mendapatkan efek yang diinginkan. Untuk pemeliharaan dapat diberikan secara intermitten atau kontinyu. Emberian secara intermitten diulang setiap 10 – 15 menitdengan dosis setengah dari dosis awal sampai operasi selesai.

2.7  Opioid
Opium mengandung lebih dari 20 alkaloid opioids. Morphine, meperidine, fentanyl, sufentanil, alfentanil, and remifentanil merupakan golongan opioid yang sering digunakan dalam general anestesi. efek utamanya adalah analgetik. Dalam dosis yang besar opioid kadang digunakan dalam operasi kardiak. Opioid berbeda dalam potensi, farmakokinetik dan efek samping.
v Mekanisme kerja
Opioid berikatan pada reseptor spesifik yang terletak pada system saraf pusat dan jaringan lain. Empat tipe mayor reseptor opioid yaitu , μ,Ќ,δ,σ. Walaupun opioid menimbulkan sedikit efek sedasi, opioid lebih efektif sebagai analgesia. Farmakodinamik dari spesifik opioid tergantung ikatannya dengan reseptor, afinitas ikatan dan apakah reseptornya aktif. Aktivasi reseptor opiat menghambat pelepasan presinaptik dan respon postsinaptik terhadap neurotransmitter ekstatori (seperti asetilkolin) dari neuron nosiseptif.
v Dosis
Premedikasi petidin diberikan I.M dengan dosis 1 mg/kgbb atau intravena 0,5 mg/Kgbb, sedangakan morfin sepersepuluh dari petidin dan fentanil seperseratus dari petidin.

2.8  Benzodiazepin
Diazepam tersedia dalam sediaan emulsi lemak (Diazemuls atau Dizac), yang tidak menyebakan nyeri atau tromboplebitis tetapi hal itu berhubungan bioaviabilitasnya yang rendah, midazolam merupakan benzodiazepin yang larut air yang tersedia dalam larutan dengan PH 3,5.
v Dosis
Dosis midazolam bervariasi tergantung dari pasien itu sendiri.
· Untuk preoperatif digunakan 0,5 – 2,5mg/kgbb
· Untuk keperluan endoskopi digunakan dosis 3 – 5 mg
· Sedasi pada analgesia regional, diberikan intravena.
· Menghilangkan halusinasi pada pemberian ketamin.


3.     JENIS-JENIS ANASTESI LOKAL :

1.     Anestesi permukaan.

Sebagai suntikan banyak digunakan sebagai penghilang rasa oleh dokter gigi untuk mencabut geraham atau oleh dokter keluarga untuk pembedahan kecil seperti menjahit luka di kulit. Sediaan ini aman dan pada kadar yang tepat tidak akan mengganggu proses penyembuhan luka.

2.     Anestesi Infiltrasi.

Tujuannya untuk menimbulkan anestesi ujung saraf melalui injeksi pada atau sekitar jaringan yang akan dianestesi sehingga mengakibatkan hilangnya rasa di kulit dan jaringan yang terletak lebih dalam, misalnya daerah kecil di kulit atau gusi (pada pencabutan gigi).

3.     Anestesi Blok

Cara ini dapat digunakan pada tindakan pembedahan maupun untuk tujuan diagnostik dan terapi.

4.     Anestesi Spinal

Obat disuntikkan di tulang punggung dan diperoleh pembiusan dari kaki sampai tulang dada hanya dalam beberapa menit. Anestesi spinal ini bermanfaat untuk operasi perut bagian bawah, perineum atau tungkai bawah.

5.     Anestesi Epidural

Anestesi epidural (blokade subarakhnoid atau intratekal) disuntikkan di ruang epidural yakni ruang antara kedua selaput keras dari sumsum belakang.

6.     Anestesi Kaudal

Anestesi kaudal adalah bentuk anestesi epidural yang disuntikkan melalui tempat yang berbeda yaitu ke dalam kanalis sakralis melalui hiatus skralis.

Persyaratan obat yang boleh digunakan sebagai anestesi lokal:

  1. Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen
  2. Batas keamanan harus lebar
  3. Efektif dengan pemberian secara injeksi atau penggunaan setempat pada membran mukosa
  4. Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu yang yang cukup lama
  5. Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga stabil terhadap pemanasan.












III.            KESIMPULAN


Anestesi secara umum dilakukan untuk melakukan pembedahan pada organ-organ vital. Dan dalam kedokteran hewan digunakan untuk membedakan dalam proses pembedahan terutama pada hewan yang galak/buas. Terdapat beberapa jenis obat – obat anestesi anestesi intravena tersebut dan yang digunakan di indonesia hanya beberapa jenis obat saja seperti, Tiopenton, Diazepam , Degidrobenzperidol, Fentanil, Ketamin dan Propofol, dengan fungsi atau efek dan sediaan obat yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan. Dan ada beberapa kombinasi antar obat seperti kombinasi Xylazin-Ketamin Hidroklorida yang merupakan agen kombinasi yang saling melengkapi antara efek analgesik dan relaksasi otot serta sangat baik dan efektif untuk anjing karena memiliki rentang keamanan yang lebar.















Daftar Pustaka

http://duniaveteriner.com/2009/05/studi-literatur-anastesi-umum /(diakses selasa,27-03-2012)
http://medicastore.com . /apotik_online/obat_bius_lokal.htm(diakses kamis, 30-03-2012)