Minggu, 25 Maret 2012

MY ACTIVITY :) on semester 1 and 2







ILMU TILIK DAN TEKNIK PENGENDALIAN HEWAN(ANJING)


I.                PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Anjing merupakan hewan sosial sama seperti halnya manusia. Kedekatan pola perilaku anjing dengan manusia menjadikan anjing bisa dilatih, diajak bermain, tinggal bersama manusia, dan diajak bersosialiasi dengan manusia dan anjing yang lain. Anjing memiliki posisi unik dalam hubungan antarspesies. Kesetiaan dan pengabdian yang ditunjukkan anjing sangat mirip dengan konsep manusia tentang cinta dan persahabatan. Walaupun sudah merupakan naluri alami anjing sebagai hewan kelompok, pemilik anjing sangat menghargai kesetiaan dan pengabdian anjing dan menganggapnya sebagai anggota keluarga sendiri. Anjing kesayangan bahkan sering sampai diberi nama keluarga yang sama seperti nama pemiliknya. Sebaliknya, anjing menganggap manusia sebagai anggota kelompoknya. Anjing hanya sedikit membedakan kedudukan sang pemilik dengan rekan anjing yang masih satu kelompok, dan bahkan sering tidak membedakannya sama sekali. Anjing ras sangat bervariasi dalam ukuran, penampilan dan tingkah laku dibandingkan dengan hewan peliharaan yang lain. Sebagian besar anjing masih mempunyai ciri-ciri fisik yang diturunkan dari serigala.
Anjing adalah hewan pemangsa dan hewan pemakan bangkai, memiliki gigi tajam dan rahang yang kuat untuk menyerang, menggigit, dan mencabik-cabik makanan. Ciri-ciri khas dari moyang serigala masih bertahan pada anjing, walaupun penangkaran secara selektif telah berhasil mengubah bentuk fisik berbagai jenis anjing ras. Anjing memiliki otot yang kuat, tulang pergelangan kaki yang bersatu, sistem kardiovaskuler yang mendukung ketahanan fisik serta kecepatan berlari, dan gigi untuk menangkap dan mencabik mangsa. Bila dibandingkan dengan struktur tulang kaki manusia, secara teknis anjing berjalan berjingkat dengan jari-jari kaki. Anjing rentan terhadap berbagai penyakit, mulai yang ringan-ringan hingga yang berbahaya. Beberapa penyakit di antara juga merupakan penyakit pada manusia, tapi sebagian lainnya merupakan penyakit khusus anjing. Dan anjing juga rentan terhadap keletihan akibat cuaca panas, udara kelembaban tinggi, atau perubahan temperatur yang drastis. Anjing adalah hewan sosial, tapi kepribadian dan tingkah laku anjing bisa berbeda-beda bergantung pada masing-masing ras. Selain itu, kepribadian dan tingkah laku anjing bergantung pada perlakuan yang diterima dari pemilik anjing dan orang-orang yang berkomunikasi dengan sang anjing.


I.1 Tujuan

·       Mahasiswa mampu melakukan pengendalian hewan dengan tali dan obat.
·       Mahasiswa dapat memahami teknik pengendalian pada anjing
·       Mahasiswa dapat memahami tingkah laku anjing saat pengendalian


I.                METODOLOGI
II.1  Alat dan Bahan
Alat
-        Stetoskop
-        Syringe
-        Termometer
-        Stopwatch
-        Timbangan digital
Bahan
-        Kapas
-        Atrophine
-        Xilazyne
-        Vitamin
-        Alkohol

II.2 Metode Kerja
·       Mengamati tingkah laku anjing.
·       Menimbang berat badan anjing, agar dapat melakukan pembiusan.
·       Menghitung denyut nadi dan frekuensi nafas dalam keadaan normal selama 1 menit.
·       Menyuntikkan Atrophin, kemudian melihat perubahan setelah 10 menit.
·       Menghitung denyut nadi, frekuensi nafas dan suhu
·       Menyuntikkan Xilazyne dan melihat perubahan setelah 15 menit.
·       Menghitung kembali pada denyut nadi dan frekuensi nafas.
·       Melihat perubahan tingkah laku hewan saat keadaan lemas hingga normal kembali dengan menggunakan stopwatch.


III.  HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil

Pemeriksaan Fisik Hewan
1.     Signalement Hewan
2.     Anamnesis
Nama                                : Bruno

Jenis Hewan                     : Anjing
Ras/Breed                         : Mix
Warna Bulu dan Kulit      : Brown white
Jenis Kelamin                   : Jantan
Umur                                :
Berat Badan                      :17 kg
Tanda Khusus                   : Luka pada bagian punggung

                              Status Present
Perawatan                         : Sedang (banyak caplak dan bekas luka)
Habitus/Tingkah Laku      : Agresif (banyak gerakan/lincah tetapi baik/friendly)
Gizi                                   : Baik (tidak terlihat legok lapar)
Pertumbuhan Badan         : Baik
Sikap Berdiri                    : Dengan menggunakan 4 kaki/simetris (normal)
Suhu Tubuh                      : 60’’= 39,6 oC
                                 10’ = 39,2 oC
                                 15’ =        o C
Frekuensi Nafas  : 60’’= 93 x/menit
           10’ = 84 x/menit
           15’ = 13 x/menit

Frekuensi Jantung/Nadi    : 60’’= 90 x/menit
                                        10’ =  96 x/menit
                                            15’ = 78 x/menit

Diameter Pupil     : 60’’=   0,5 cm
          10’ =   -     cm
                                15’ =   -     cm
Keadaan Mukosa              : Baik, berwarna merah muda (normal)

 PENGHITUNGAN DOSIS OBAT

1.     Atrophin         : 0,25 mg/ml (ampul)
Dosis               : 0,02 mg/ kg BB  sc
Berat Badan    :17 kg

Hasil               =  0,02 mg x 17 kg/mg
                        =  0,34 mg
                        =  0,34 mg  X 1 ml = 1,36 ml
                            0,25 mg

2.     Xylazine         : 2%
Dosis               : 2 mg/kg BB
Berat Badan    : 17 kg

Hasil               =   2%  =  2 gr 
                                       100 ml
                                    = 2000 mg  = 20 mg/ml
                                        100 ml

                        = 2 mg x 17 kg/mg
                        =  34 mg   X 1 ml = 1,7 ml
                            20 mg


3.     Ketamine        : 10 %
Dosis               : 10 ml
Berat Badan    : 17 kg

Hasil               =  10%  =  10 gr 
                                          100 ml
                                     = 10000mg  = 100 mg/ml
                                         100 ml

                        =  10 mg x 17 kg/mg
                        =  170 mg   X 1 ml = 1,7 ml
                            100 mg




KEADAAN SETELAH/ SEBELUM PEMBERIAN OBAT

1.     Normal(keadaan awal) :
-      Agresif (berlari dan menggonggong)/aktif
-      Frekuensi nafas cepat 93/menit
-      Suhu tubuh 39,6/menit
-      Frekuensi jantung/nadi 82/menit


2.     Atrophin :
-      Dilihat perubahan setelah 10 menit dari waktu pemberian obat
-      Masih terlihat aktif (sedikit agresif)
-      Frekuensi nafas mulai berubah 84/menit
-      Suhu tubuh  39,2/menit
-      Frekuensi jantung/nadi meningkat 96/menit


3.     Xylazine :
-        Dilihat perubahan setelah 15 menit dari waktu pemberian obat
-        Apatis (diam)
-        Muntah (pada menit ke 5)
-        Tubuh melemas (pada menit ke 6)
-        Frekuensi nafas menjadi pelan (13/menit)
-        Frekuensi jantung/nadi menurun 78/menit
-        Secara perlahan tertidur ( pada menit ke 8)
-        Mulai sedikit sadar (pada menit ke 27)
-        Normal/ kembali seperti semula (pada menit ke 50)

 
III.2 Pembahasan

Hal-hal yang pertama dilakukan sebelum pemberian obat bius adalah, Menimbang berat badan hewan, Menghitung frekuensi nadi/jantug,Menghitung frekuensi nafas dan mengukur suhu tubuh.
Temperatur tubuh internal di ukur dengan mengukur rektal menggunakan termometer. Suhu tubuh menunjukan adanya variasi sepanjang dan dapat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti penyakit, status hormonal dan aktivitas hewan. Produksi  panas dapat meningkat bilamana terjadi peningkatan aktivitas otot dan metabolisme dibawah pengaruh hormon seperti hormon tiroid dan katekolamin. Temperatur tubuh terendah ditemukan pada waktu pagi, sedikit meningkat pada tengah hari dan suhu tertinggi ditemukan pada sore hari. Peningkatan temperatur ttubuh secara fisiologis dapat terjadi setelah makan, dan setelah kerja keras(melahirkan).
Frekuensi nafas nafas dapat dipengaruhi oleh umur, stimuli, kerja. Bila terjadi nafas pendek, Lidah akan terjulur maka frekuensi nafas tidak dapat dihitung.  Frekuensi nafas yang meningkat terjadi pada keadaan stres, kerja, demam dan adanya rasa sakit. Sebaliknya juga dapat terjadi penurunan frekuensi nafas pada depresi kepekaan pussat nafas pada kasus seperti peningkatan tekanan dalam otak, hilang kesadaran, urinaria, dan tekanan oksigen yang meningkat. Frekuensi nafas normal anjing 24-42 kali/menit dan pada anjing praktikum ini (Bruno) Frekuensi nafas sangan tinggi sebelum diberika obat dan sangat rendah setelah diberikan xylazine.
Frekuensi nadi/jantung dilakukan pada anjing adalah dengan  arteri yang terletak dibawah kulit. Anjing ataupun kucing, frekuensi nadi dapat diraba pada arteri femoralis pada bagian dalam paha. Pada umumnya hewan muda, kecil bunting dan betina memiliki frekuensi lebih besar dibanding hewan tua, besar, jantan ddan tidak bunting. Frekuensi nadi/jantung meningkat dapat terjadi secara fisiologis pada saat bekerja, bergerak dan terkejut. Pada keadaan patologis, nadi/jantung meningkat dapat ditemukan pada keadaan demam, keracunan, anemia, serta penyakit jantung. Sedangkan frekuensi  yang menurun dapat terjadi pada kasus penurunan aktivitas jantung. Frekuensi nadi/jantung normal pada anjing adalah 76-148 kali/menit
dan pada anjing praktikum ini (Bruno) Frekuensi jantung/nadi  sangat rendah setelah diberikan atrophin dan xylazine.
          Atropine merupakan senyawa anti muskarinik yang bekerja sebagai antagonis kompetitif asetilkoline pada reseptor muskarinik. Atropine sulfate juga merupakan parasimpatolitik yang
menghambat
pelepasan asetil kolin di ganglion parasimpetik sehingga menghambat respon stimulasi parasimpatik. Atrophine merupakan alkolid yang penting dan digunakan dalam anasthesi sebagai sulfat yang larut air.  Fungsi atrophine adalah meniadakan efek saliva (air liur) dan sekresi eksokrin, mengurangi atau menghambat urinasi, menekan aksi fagus dan mendilastasi pupil selama anasthesi. Atropine diberikan secara subcutan (dibawah kulit) atau intra muskuler selama 30-40 menit sebelum anasthesi.  Dan dilihat perubahannya/ disuntikan Xylazine setelah 10 menit dari pemberian Atrophine.
Xylazine menimbulkan efek relaksasi muskulus sentralis. Selain itu juga mempunyai efek analgesik. Kondisi tidur yang ringan sampai kondisi narcosis yang dalam dapat tercapai,
tergantung dois untuk masing-maing spesies hewan. Obat ini dapat berfungsi sebagai
sedatif,
Efek sedasi tercapai maksimal 20 menit setelah pemberian intra muskuler dan berakhir kurang lebih setelah satu jam. Xylazine yang dipakai untuk tujuan relaksasi muskulus pada umumnya di kombinasikan dengan ketamine untuk beberapa species hewan. Namun pada percobaan ini tidak menggunakan Ketamine. Efek xylazin pada anjing dan kucing
adalah terjadinya muntah pada pemberian intravena atau intramuskuler, sering
terjadinya distensi abdomen akut
.



IV.          KESIMPULAN

Hal-hal yang pertama dilakukan sebelum pemberian obat bius adalah:
·       Menimbang berat badan hewan
·       Menghitung frekuensi nadi/jantug
·       Menghitung frekuensi nafas
·       Dan mengukur suhu tubuh

Setelah keempat hal tersebut dilakukan maka dapat diberikan pemberian obat yang pertama adalah atrophin berfungsi meniadakan efek saliva (air liur) dan sekresi eksokrin, mengurangi atau menghambat urinasi, menekan aksi fagus dan mendilastasi pupil selama anasthesi. Dan yang kedua adalah xylazine yang berfungsi sebagai sedatif, Efek sedasi tercapai maksimal 20 menit setelah pemberian intra muskuler dan berakhir kurang lebih setelah satu jam.